Pengertian HAM
Hak asasi manusia adalah hak dasar yang dimiliki oleh setiap pribadi manusia secara kodrati sebagai anugerah dari Tuhan, mencangkup hak hidup, hak kemerdekaan/kebebasan dan hak mempunyai sesuatu. Ini berarti bahwa sebagai anugerah dari tuhan kepada makhluknya, hak asasi tidak dapat dipisahkan dari eksistensi pribadi manusia itu sendiri. Menurut UU No. 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia dinyatakan bahwa HAM adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa yang wajib dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh Negara, hukum, pemerintah, dan setiap orang demi kehormatannya, serta perlindungan harkat dan martabat manusia.
HAM memiliki beberapa ciri khusus, yaitu sebagai berikut:
1) Hakiki
(ada pada setiap diri manusia sebagai makhluk Tuhan).
2) Universal,
artinya hak itu berlaku untuk semua orang.
3) Permanen
dan tidak dapat dicabut.
4) Tak
dapat dibagi, artinya semua orang berhak mendapatkan semua hak.
Hak asasi
tidak dapat dicabut oleh suatu kekuasaan atau oleh sebab-sebab lainnya, sebab
jika hal itu terjadi maka manusia kehilangan martabat yang sebenarnya menjadi
inti nilai kemanusiaan. Hak asasi manusia (HAM) adalah hak-hak yang dipunyai
oleh semua orang sesuai dengan kondisi yang manusiawi. Hak asasi manusia ini
selalu dilihat sebagai sesuatu yang mendasar, fundamental dan penting. Oleh
sebab itu, banyak pendapat yang mengatakan bahwa hak asasi manusia itu adalah “kekuasaan
dan keamanan” yang dimiliki oleh setiap individu dan wajib dihormati, dijunjung
tinggi dan dilindungi oleh negara hukun, Pemerintahan, dan setiap orang demi
kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia itu sendiri.
Walau demikian, bukan berarti bahwa perwujudan
hak asasi manusia dapat dilaksanakan secara absolut karena dapat melanggar hak
asasi orang lain. Memperjuangkan hak sendiri sampai-sampai mengabaikan hak
orang lain, ini adalah tindakan yang tidak manusiawi. Definisi hak asasi
manusia menurut para ahli, antara lain :
John Locke menyatakan macam-macam Hak Asasi
Manusia yang pokok adalah: a. Hak hidup (the rights to life); b. Hak
kemerdekaan (the rights of liberty); c. Hak milik (the rights to property).
Thomas Hobbes menyatakan bahwa satu-satunya Hak Asasi Manusia adalah hak hidup.
Menurut Jack Donnely, hak asasi manusia
adalah hak-hak yang dimiliki manusia semata-mata karena ia manusia. Umat
manusia memilikinya bukan karena diberikan kepadanya oleh masyarakat atau
berdasarkan hukum positif, melainkan semata-mata berdasarkan martabatnya
sebagai manusia.
Sementara Meriam Budiardjo, berpendapat
bahwa hak asasi manusia adalah hak yang dimiliki manusia yang telah diperoleh
dan dibawanya bersamaan dengan kelahirannya di dalam kehidupan masyarakat.
Dianggap bahwa beberapa hak itu dimilikinya tanpa perbedaan atas dasar bangsa,
ras, agama, kelamin dan karena itu bersifat universal.
Pengertian HAM menurut Austin dan Ranney adalah Suatu
ruang kebebasan dari setiap individu yang telah dirumuskan dengan jelas dalam
konstitusi dan dapat dijamin pelaksanaannya oleh pemerintah.
Pengertian
HAM menurut A.J.M Milne adalah HAM merupakan suatu hak yang telah dimiliki pada
setiap orang atau umat manusia bertahan disetiap masa dan selalu hadir pada setia
tempat karena memiliki keutamaan dalam keberadannya menjadi seorang manusia.
PENTINGNYA
PERAN HAK ASASI BAGI SETIAP WARGA NEGARA INDONESIA
Hak
asasi manusia adalah hak dasar yang dimiliki manusia sejak manusia itu
dilahirkan. Hak asasi dapat dirumuskan sebagai hak yang melekat dengan kodrat
kita sebagai manusia yang bila tidak ada hak tersebut, mustahil kita dapat
hidup sebagai manusia. Hak ini dimiliki oleh manusia semata–mata karena ia
manusia, bukan karena pemberian masyarakat atau pemberian negara.
Maka hak asasi manusia itu
tidak tergantung dari pengakuan manusia lain, masyarakat lain, atau Negara
lain. Hak asasi diperoleh manusia dari Penciptanya, yaitu Tuhan Yang Maha Esa
dan merupakan hak yang tidak dapat diabaikan.
Sebagai manusia, ia makhluk
Tuhan yang mempunyai martabat yang tinggi. Hak asasi manusia ada dan melekat
pada setiap manusia. Oleh karena itu, bersifat universal, artinya berlaku di
mana saja dan untuk siapa saja dan tidak dapat diambil oleh siapapun. Hak ini
dibutuhkan manusia selain untuk melindungi diri dan martabat kemanusiaanya juga
digunakan sebagai landasan moral dalam bergaul atau berhubungan dengan sesama
manusia.
Pada setiap hak melekat
kewajiban. Karena itu,selain ada hak asasi manusia, ada juga kewajiban asasi
manusia, yaitu kewajiban yang harus dilaksanakan demi terlaksana atau tegaknya
hak asasi manusia (HAM). Dalam menggunakan Hak Asasi Manusia, kita wajib untuk
memperhatikan, menghormati, dan menghargai hak asasi yang juga dimiliki oleh
orang lain.
Kesadaran akan hak asasi
manusia, harga diri, harkat dan martabat kemanusiaannya, diawali sejak manusia
ada di muka bumi. Hal itu disebabkan oleh hak – hak kemanusiaan yang sudah ada
sejak manusia itu dilahirkan dan merupakan hak kodrati yang melekat pada diri
manusia. Sejarah mencatat berbagai peristiwa besar di dunia ini sebagai suatu
usaha untuk menegakkan hak asasi manusia.
Ketiga generasi hak asasi manusia
tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Hak asasi
manusia generasi pertama, yang mencakup soal prinsip integritas manusia,
kebutuhan dasar manusia, dan prinsip kebebasan sipil dan politik. Termasuk
dalam generasi pertama ini adalah hak hidup, hak kebebasan bergerak,
perlindungan terhadap hak milik, kebebasan berpikir, beragama dan berkeyakinan,
kebebasan berkumpul dan menyatakan pikiran, hak bebas dari penahanan dan
penangkapan sewenang-wenang, hak bebas dari hukum yang berlaku surut dsb.
Hak-hak generasi pertama ini sering pula
disebut sebagai “hak-hak negatif” karena negara tidak boleh berperan aktif
(positif) terhadapnya, karena akan mengakibatkan pelanggaran terhadap hak-hak
dan kebebasan tersebut.
2. Pada
perkembangan selanjutnya yang dapat disebut sebagai hak asasi manusia Generasi
Kedua, konsepsi hak asasi manusia mencakup pula upaya menjamin pemenuhan kebutuhan
untuk mengejar kemajuan ekonomi, sosial dan kebudayaan, termasuk hak atas
pendidikan, hak untuk menentukan status politik, hak untuk menikmati ragam
penemuan penemuan-penemuan ilmiah, dan lain-lain sebagainya.
Puncak
perkembangan kedua ini tercapai dengan ditandatanganinya ‘International
Couvenant on Economic, Social and Cultural Rights’ pada tahun 1966. Termasuk
dalam generasi kedua ini adalah hak atas pekerjaan dan upah yang layak, hak
atas jaminan sosial, hak atas pendidikan, hak atas kesehatan, hak atas pangan,
hak atas perumahan, hak atas tanah, hak atas lingkungan yang sehat dsb.
Dalam pemenuhan hak-hak generasi kedua
ini negara dituntut bertindak lebih aktif (positif), sehingga hak-hak generasi
kedua ini disebut juga sebagai “hak-hak positif”.
3. Hak-hak
generasi ketiga diwakili oleh tuntutan atas “hak solidaritas”” atau “hak
bersama”. Hak-hak ini muncul dari tuntutan gigih negara-negara berkembang atau
Dunia Ketiga atas tatanan internasional yang adil.
Melalui tuntutan atas hak solidaritas
itu, negara-negara berkembang menginginkan terciptanya suatu tatanan ekonomi
dan hukum internasional yang kondusif bagi terjaminnya hak-hak berikut: (i) hak
atas pembangunan; (ii) hak atas perdamaian; (iii) hak atas sumber daya alam
sendiri; (iv) hak atas lingkungan hidup yang baik dan (v) dan hak atas warisan
budaya sendiri.
UU Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi
Manusia (UU HAM) memuat prinsip bahwa hak asasi manusia harus dilihat secara
holistik bukan parsial sebab HAM adalah seperangkat hak yang melekat pada
hakikat dan keberadaan manusia sebagai mahluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan
anugrah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara
hukun, Pemerintahan, dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat
dan martabat manusia.
Oleh sebab itu
perlindungan dan pemenuhan hak asasi manusia di bidang sosial politik hanya
dapat berjalan dengan baik apabila hak yang lain di bidang ekonomi, sosial dan
budaya serta hak solidaritas juga juga dilindungi dan dipenuhi, dan begitu pula
sebaliknya.
Dengan diratifikasinya konvenan Hak
EKOSOB oleh Indonesia melalui Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2005, kewajiban
Indonesia untuk melakukan pemenuhan dan jaminan-jaminan ekonomi, sosial dan
budaya harus diwujudkan baik melalui aturan hukum ataupun melalui
kebijakan-kebijakan pemerintah.
Perkembangan
Hak Asasi Manusia
Pada awalnya HAM di buat untuk mengatasnamakan
memperjuangkan hak-hak dari setiap manusia di dunia. Pada tahun 1215 penanda
tanganan Magna Charta dianggap sebagai perlindungan hak asasi manusia yang
pertama, dalam kenyataanya isinya hanya memuat perlindungan hak kaum bangsawan
dan kaum Gerejani sehingga Magna Charta bukan merupakan awal dari sejarah hak
hak asasi manusia.
Pada abad 18 perkembangan sejarah perlindungan hak-hak
asasi manusia cukup pesat seperti yang dialami oleh bangsa-bangsa Inggris,
Perancis dan Amerika Serikat. Perjuangan rakyat di Negara- negara tersebut
sangan luar biasa dalam menghadapi kesewenang-wenangan para
penguasanya.Pertumbuhan ajaran demokrasi menjadikan sejarah perlindungan hak
asasi manusia memiliki kaitan erat dengan usaha pembentukan tatanan Negara
hukum yang demokratis. Pembatasan kekuasaan para penguasa dalam undang-undang
termasuk konstitusi, Pemimpin suatu Negara harus melindungi hak yang melekat secara
kodrati pada individu yang menjadi rakyatnya.
Konvensi
yang di tanda tangani oleh lima belas Dewan anggota Eropa di Roma, pada tanggal
4 Nopember 1950, mengakui pernyataan umum hak-hak asasi manusia yang
diproklamasikan Sidang Umum PBB 10 Desember 1948, konvensi tersebut berisi
antara lain, pertama hak setiap orang atas hidup dilindungi oleh undang-undang,
kedua menghilangkan hak hidup orang tak bertentangan, dan ketiga hak setiap
orang untuk tidak dikenakan siksaan atau perlakuan tak berperikemanusiaan atau
merendahkan martabat manusia.
Menurut Myres Mc Dougal, yang mengembangkan suatu
pendekatan tehadap hak asasi manusia yang sarat nilai dan berorientasi pada
kebijakan, berdasarkan pada nilai luhur perlindungan terhdap martabat manusia.
Tuntutan pemenuhan hak asasi manusia berasal dari pertukaran nilai-nilai
intenasional yang luas dasarnya. Nilai-nilai ini dimanifestasikan oleh
tuntunan-tuntunan yang berkaitan dengan kebutuhan-kebutuhan social, seperti
rasa hormat, kekuasaan pencerahan, kesejahteraan, kesehatan, keterampilan,
kasih sayang dan kejujuran. Semua nilai ini bersama-sama mendukung dan disahkan
oleh, nilai luhur martabat manusia.
Menurut
piagam PBB pasal 68 pada tahun 1946 telah terbentuk Komisi Hak-hak Manusia (
Commission on Human Rights ) beranggota 18 orang. Komisi inilah yang pada
akhirnya menghasilkan sebuah Deklarasi Universal tentang Hak-hak Asasi Manusia(
Universal Declaration of Human Rights ) yang dinyatakan diterima baik oleh
sidang Umum PBB di Paris pada tanggal 10 Desember 1948.
Sedangkan di Indonesia Hak – hak Asasi Manusia, tercantum dalam UUD 45 yang tertuang dalam pembukaan, pasal-pasal dan penjelasan, Kemerdekaan adalah hak segala bangsa. Sebagai konsekuensinya penjajahan harus dihapuskan dari muka bumi karena tidak sesuai dengan perikemanusian dan peri keadilan.
Sedangkan di Indonesia Hak – hak Asasi Manusia, tercantum dalam UUD 45 yang tertuang dalam pembukaan, pasal-pasal dan penjelasan, Kemerdekaan adalah hak segala bangsa. Sebagai konsekuensinya penjajahan harus dihapuskan dari muka bumi karena tidak sesuai dengan perikemanusian dan peri keadilan.
Kesadaran dunia international untuk melahirkan Deklarasi
Universal tahun 1948 di Paris, yang memuat salah satu tujuannya adalah
menggalakkan dan mendorong penghormatan terhadap Hak Asasi Manusia dan
kebebasan asasi bagi semua orang tanpa membedakan ras, jenis kelamin, bahaswa
atau agama (pasal 1). Pasal tersebut diperkuat oleh ketetapan bunyi pasal 55
dan pasal 56 tentang kerja sama Ekonomi dan Sosial International, yang mengakui
hak-hak universal HAM dan ikrar bersama-sama Negara-negara anggota untuk kerja
sama dengan PBB untuk tujuan tersebut. Organ-organ PBB yang lebih banyak
berkiprah dalam memperjuangkan HAM di antaranya yang menonjol adalah Majelis
Umum, Dewan ECOSOC, CHR, Komisi tentang Status Wanita, UNESCO dan ILO.
Hak Asasi Manusia merupakan suatu bentuk dari hikum
alami bagi umat manusia, yakni terdapanya sejulah aturan yang dapat
mendisiplinkan dan menilai tingkah laku kita. Konsep ini disarikan dari
berbagai ideology dan filsafat, ajaran agama dan pandangan dunia, dan
terlambang dengan negara-negara itu dalam suatu kode perilaku internasional.
Dengan demikian, konsep hak asasi tidak lain adalah komitmen bangas-bangsa di
dunia tentang pentingnya penghormatan terhadap sesamanya. Doktrin hak-hak asasi
manusia dan hak menentukan nasib sendiri telah membawa pengaruh yang sangat
besar terhadap hokum dan masyarkat internasional. Pengaruh tersebut secara
khusu tampak dalam bidang :
1.
Prinsip resiprositas versus tuntutan-tuntutan
masyarakat,
2.
Rakyat dan individu sebagai warga masyarakat
internasional
3.
Hak-hak asasi manusia dan hak asasi orang asing.
4.
Tehnik menciptakan standar hukum
5.
Internasional.
6.
Pengawasan internasional
7.
Pertanggungjwaban internasional, dan
8.
Hukum perang.
Dalam perkembangannya hak hak asasi manuia diperlambat
oleh sejumlah kekuatan yang menentangnya. Diantara kekuatan-kekuatan tersebut
rezim pemerintahan yang otoriter dan struktur pemerintahan yang sewenang-wenang
dan serba mencakup merupakan kekuatan penentang yang paling besar pengaruhnya
terhadap laju perkembangan perlindungan hak-hak asasi manusia. Terdapat tiga masalah yang
menghambat perkembangan hak-hak asasi manusia, yaitu:
1. Negara menjadi penjamin penghormatan terhadap hak-hak asasi manusia.
2. Kedua merupakan bagian dari tatanan Negara modern yang sentrlistik dan birokratis.
3. Merujuk pada sejarah khas bangsa-bangsa barat, sosialis dan Negara-negara dulu.
1. Negara menjadi penjamin penghormatan terhadap hak-hak asasi manusia.
2. Kedua merupakan bagian dari tatanan Negara modern yang sentrlistik dan birokratis.
3. Merujuk pada sejarah khas bangsa-bangsa barat, sosialis dan Negara-negara dulu.
Hak
Asasi Manusia dalam Prespektif Islam
Ide tentang HAM juga terdapat dalam Islam, yang telah
tertuang dalam syari’ah sejak diturunkannya Islam. Hal ini dapat dilihat dalam
ajaran tauhid. Tauhid dalam islam mengandung arti bahwa hanya terdapat satu
pencipta untuk alam semesta. Ajaran dasar pertama dalam Islam adalah la ilaha
illa Allah (tiada Tuhan selain Allah SWT). Seluruh alam dan semua yang ada
dipermukaan bumi adalah ciptaan Allah, semua manusia, hewan, tanaman dan benda
tidak bernyawa berasal dari Allah. Dengan demikian, dalam tauhid terkandung ide
persamaan dan persaudaraan seluruh manusia.
Dari ajaran dasar persamaan dan persaudaraan manusia
itu, timbullah kebebasan-kebebasan manusia, seperti kebebasan dari perbudakan,
kebebasan beragama, kebebasan mengeluarkan pendapat dan lain-lain. Dari situ
pula lah timbul hak-hak asasi manusia, seperti hak hidup, hak mempunyai harta,
hak berbicara, hak berpikir dan sebagainya.
Hak asasi dalam Islam berbeda dengan hak asasi menurut
pengertian yang umum dikenal. Dalam Islam seluruh hak asasi adalah kewajiban
untuk negara atau individu yang tidak boleh diabaikan. Oleh sebab itu, negara bukan
saja menahan diri dari menyentuh hak-hak asasi itu, melainkan juga mempunyai
kewajiban untuk melindungi dan menjamin hak-hak itu.
Hak asasi manusia dalam Islam tertuang secara
transenden untuk kepentingan manusia, lewat syari’ah Islam yang diturunkan melalui
wahyu. Menurut syari’ah, manusia adalah makhluk bebas yang mempunyai tugas dan
tanggung jawab, dan karenanya dia juga mempunyai hak dan kebebasan. Dasarnya
adalah keadilan yang ditegakkan atas dasar persamaan atau egaliter, tanpa
pandang bulu. Artinya, tugas yang diemban tak akan terwujud tanpa adanya
kebebasan, sementara kebebasan secara eksistensial tidak terwujud tanpa adanya
tanggung jawab itu sendiri.
Sistem HAM Islam
mengandung prinsip-prinsip dasar mengenai persamaan, kebebasan dan
penghormatan pada sesama manusia. Persamaan, artinya Islam memandang semua
manusia sama dan mempunyai kedudukan yang sama, satu-satunya keunggulan yang
dinikmati seorang manusia atas manusia lainya hanya ditentukan oleh tingkat
ketakwaannya. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam Surat Al-Hujarat ayat 13
$pkr'¯»t â¨$¨Z9$# $¯RÎ) /ä3»oYø)n=yz `ÏiB 9x.s 4Ós\Ré&ur öNä3»oYù=yèy_ur $\/qãèä© @ͬ!$t7s%ur (#þqèùu$yètGÏ9 4 ¨bÎ) ö/ä3tBtò2r& yYÏã «!$# öNä39s)ø?r& 4 ¨bÎ) ©!$# îLìÎ=tã ×Î7yz ÇÊÌÈ
yang artinya sebagai berikut : “Hai manusia,
sesungguhnya Kami ciptakan kalian dari laki-laki dan perempuan, dan Kami
jadikan kalian berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kalian saling mengenal.
Sesungguhnya yang paling mulia di antara kaum adalah yang paling takwa.”
Al-Qur’an sebagai sumber
hukum pertama untuk umat Islam telah meletakkan dasar-dasar HAM serta kebenaran
dan keadilan, jauh sebelum timbul pemikiran tentang hal itu pada masyarakat
dunia. Ini dapat dilihat pada ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam
Al-Qur’an, antara lain :
·
Dalam Al-Qur’an terdapat sekitar 80 ayat mengenai hidup, pemeliharaan hidup
dan penyediaan sarana kehidupan, misalnya dalam Surat Al-Maidah ayat 32. Di
samping itu, Al-Qur’an juga berbicara mengenai kehormatan dalam 20 ayat.
Al-Qur’an juga menjelaskan dalam sekitas 150 ayat mengenai ciptaan dan
makhluk-makhluk,
·
Serta mengenai persamaan dalam penciptaan, misalnya dalam Surat Al-Hujarat
ayat 13.
·
Al-Qur’an telah mengetengahkan sikap menentang kezaliman dan orang-orang yang
berbuat zalim dalam sekitar 320 ayat, dan memerintahkan berbuat adil dalam 50
ayat .
Dalam
Al-Qur’an terdapat sekitar 10 ayat yang berbicara tentang larangan memaksa
untuk menjamin kebebasan berpikir, berkeyakinan dan mengutarakan aspirasi.
Misalnya yang dikemukakan oleh Surat Al-Kahfi ayat 29. Begitu juga halnya
dengan Sunnah Nabi. Nabi MuHAMmad saw telah memberikan tuntunan dan contoh
dalam penegakkan dan perlindungan pada HAM. Hal ini misalnya terlihat dalam
perintah Nabi yang menyuruh untuk memelihara hak-hak manusia dan hak-hak
kemuliaan, meskipun terhadap orang yang berbeda agama, melalui sabda beliau.
“ Barang siapa yang
menzalimi seseorang mu’ahid (seorang yang telah dilindungi oleh perjanjian
damai) atau mengurangi haknya atau membebaninya di luar batas kesanggupannya
atau mengambil sesuatu dari padanya dengan tidak rela hatinya, maka aku
lawannya di hari kiamat.” Pengaturan lain tentang HAM dapat juga dilihat dalam
Piagam Madinah dan Khutbah Wada’. Kedua naskah yang berkenaan dengan Nabi ini lalu
menjadi masterpeacenya HAM dalam perspektif Islam.
Piagam Madinah adalah suatu kesepakatan antara berbagai golongan di Madinah dalam menegakkan ikatan kebersamaan dan kemanusiaan. Adapun golongan masyarakat di Madinah pada masa itu terdiri dari tiga kelompok, yaitu golongan Islan yang terdiri dari golongan Anshar dan Muhajirin, golongan Yahudi dan para penyembah berhala. Di tengah-tengah pluralitas masyarakat seperti ituNabi saw berusaha membangun tatanan kehidupan bersama yang dapat menjamin hidup berdampingan secara damai dan sejahtera. Prakteknya, Nabi saw mempererat persaudara Muhajirin dan Anshar berdasar ikatan akidah.
Piagam Madinah adalah suatu kesepakatan antara berbagai golongan di Madinah dalam menegakkan ikatan kebersamaan dan kemanusiaan. Adapun golongan masyarakat di Madinah pada masa itu terdiri dari tiga kelompok, yaitu golongan Islan yang terdiri dari golongan Anshar dan Muhajirin, golongan Yahudi dan para penyembah berhala. Di tengah-tengah pluralitas masyarakat seperti ituNabi saw berusaha membangun tatanan kehidupan bersama yang dapat menjamin hidup berdampingan secara damai dan sejahtera. Prakteknya, Nabi saw mempererat persaudara Muhajirin dan Anshar berdasar ikatan akidah.
Sedangkan pada mereka
yang berbeda beda agama, beliau mempersatukannya atas ikatan sosial politik dan
kemanusiaan. Bukti konkretnya adalah adanya kesepakatan yang tertuang dalam
piagama Madinah itu. Adapun inti dari Piagam Madinah ini meliputi
prinsip-prinsip persamaan, persaudaraan, persatuan, kebebasan, toleransi
beragama, perdamaian, tolong menolong dan membela yang teraniaya serta
mempertahankan Madinah dari serangan musuh. Berikut adalah substansi ringkasan
dari Piagam Madinah .Deklarasi Islam Universal mengenai Hak Asasi Manusia
Deklarasi ini disusun dalam Konferensi Islam di Mekkah pada tahun 1981.
Deklarasi ini terdiri
dari 23 pasal yang menampung dua kekuatan dasar, yaitu keimanan kepada Tuhan
dan pembentukan tatanan Islam. Dalam pendahuluan deklarasi ini dikemukakan
bahwa hak-hak asasi manusia dalam Islam berasal dari suatu kepercayaan bahwa
Allah SWT, dan hanya Allah sebagai hukum dan sumber dari segala HAM.Salah satu
kelebihan dari deklarasi ini adalah bahwa teksnya memuat acuanacuan yang
gamblang dan unik dari totalitas peraturan-peraturan yang berasal dari
Al-Qur’an dan Sunnah serta hukum-hukum lainnya yang ditarik dari kedua sumber
itu dengan metode- metode yang dianggap sah menurut hukum Islam.
Dalam deklarasi ini antara lain dijelaskan bahwa :
1.
Penguasa dan rakyat adalah subjek yang sama di depan hukum (pasal IV a).
2.
Setiap individu dan setiap orang wajib berjuang dengan segala cara yang
tersedia untuk melawan pelanggaran dan pencabutan hak ini (pasal IV c dan d)
3.
Setiap orang tidak hanya mempunyai hak, melainkan juga mempunyai kewajiban
memprotes ketidakadilan (pasal IV b).
4.
Setiap muslim berhak dan berkewajiban menolak untuk menaati setiap perintah
yang bertentangan dengan hukum, siapa pun yang memerintahkannya (pasal IV e).
- Abdul Azis Dahlan (et.al), Ensiklopedi Hukum
Islam, Ictiar Baru van Hoeve, Jakarta, 1996.
- Adam Kuper dan Jessica Kuper, Ensiklopedi
Ilmu-ilmu Sosial, Jilid I, Rajawali Pers, Jakarta, 2000.
- Buletin Jum’at, No. 14/28 Juli 2000.
- Dalizar Putra, Hak Asasi Manusia menurut Al-Qur
an, PT. Al-Husna Zikra, Jakarta, 1995.
- Eggi Sujana, HAM dalam Perspektif Islam, Nuansa
Madani, Jakarta, 2002.
- Harun Nasution dan Bahtiar Effendi (ed), Hak
Asasi Manusia dalam Islam, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 1987.
- Hak Asasi Manusia dalam Islam,
http://www.angelfire.com
- M. Luqman Hakim (ed), Deklarasi Islam mengenai
HAM, Risalah Gusti, Surabaya, 1993.
- T. MuHAMmad Hasbi ash Shiddieqy, Islam dan Hak
Asasi Manusia, PT. Pustaka Rizki Putra, Semarang, 1999.
0 komentar:
Posting Komentar