MATERI
CERAMAH
GHIBAH
GHIBAH
السَّلاَمُ
عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
الْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى أَشْرَفِ اْلأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ
وَعَلَى اَلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ أَمَّا بَعْدُ
Teman-teman yang Dirahmati Allah
Pada kesempatan yang berbahagia ini, saya mengajak
utamanya kepada diri saya pribadi dan juga kepada teman-teman pada umumnya,
untuk senantiasa meningkatkan taqwa kepada Allah, dengan sebenar-benarnya takwa
yaitu ikhlas menjalankan apa yang telah diperintahkan-Nya dan meninggalkan apa
yang telah dilarang. Kemudian marilah kita senantiasa mengungkapkan rasa syukur
kepada Allah SWT. Allah telah melimpahkan kepada kita sedemikian banyak nikmat.
Jauh lebih banyak nikmat yang telah kita terima dibandingkan kesadaran dan
kesanggupan kita untuk bersyukur.
Teman-teman
yang Dirahmati Allah adapun tema yang ingin saya ambil adalah tentang sifat
GHIBAH atau membicarakan kejelekan orang lain. Sebagaimana firman Allah dalam
Surat Al-Hujurat ayat 12:
Artinya:
Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan),
karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. dan janganlah mencari-cari
keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang
diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka
tentulah kamu merasa jijik kepadanya. dan bertakwalah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.
Teman
teman sekalian dari Ayat di atas mengandung larangan berbuat ghibah atau
menggunjing. Ghibah merupakan penyakit jiwa yang berbahaya dan termasuk
kelompok Nafsu Lawwamah. Terbentuknya ghibah karena munculnya sifat iri dan
dengki dalam hati seseorang, karena faktor tidak suka, cemburu dan benci.
Kemudian sifat tersebut mengkristal menjadi benih-benih su-uzhan (buruk
sangka).
Ghibah tidak terbatas dengan lisan saja,
namun juga bisa terjadi dengan tulisan atau isyarat seperti kerdipan mata,
gerakan tangan, cibiran bibir dan sebagainya. Sebab intinya adalah
memberitahukan kekurangan seseorang kepada orang lain. Suatu ketika ada seorang
wanita datang kepada 'Aisyah Radhiyallahu 'Anha. Ketika wanita itu sudah pergi,
'Aisyah mengisyaratkan dengan tangannya yang menunjukkan bahwa wanita itu
berbadan pendek. Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam lantas bersabda:
"Engkau telah melakukan
ghibah!" Semisal dengan ini adalah gerakan memperagakan orang lain
seperti menirukan cara jalan seseorang, cara berbicaranya dan lain-lain. Bahkan
yang demikian ini lebih parah daripada ghibah, karena di samping mengandung
unsur memberitahu kekurangan orang, juga mengandung tujuan mengejek atau
meremehkan.
Ghibah adalah haram. Tidak ada pengecualian mengenai perbuatan ini kecuali
bila terdapat kemaslahatan yang lebih kuat seperti beberapa hal atau kasus
sebagai berikut:
1.
Orang yang mazhlum (teraniaya) boleh menceritakan dan
mengadukan kezaliman orang yang menzhaliminya kepada seorang penguasa atau
hakim atau kepada orang yang berwenang memutuskan suatu perkara dalam rangka
menuntut haknya.
2.
Meminta bantuan untuk menyingkirkan kemungkaran dan
agar orang yang berbuat maksiat kembali ke jalan yang benar. Pembolehan ini
dalam rangka isti'anah (minta tolong) untuk mencegah kemungkaran dan
mengembalikan orang yang bermaksiat ke jalan yang hak. Selain itu ini juga
merupakan kewajiban manusia untuk ber-amar ma'ruf nahi munkar.
3.
Memperingatkan kaum muslimin apabila ada perawi,
saksi, atau pengarang yang cacat sifat atau kelakuannya, menurut ijma' ulama
kita boleh bahkan wajib memberitahukannya kepada kaum muslimin. Hal ini
dilakukan untuk memelihara kebersihan syariat. Ghibah dengan tujuan seperti ini
jelas diperbolehkan, bahkan diwajibkan untuk menjaga kesucian hadits.
Dalam sekelompok orang yang sedang dalam perbincangan, kita sering menemui
pembicaraan yang mengarah kepada kejelekan seseorang, entah yang memulai
pembicaraan itu kita atau orang lain, disadari atau tidak disadari. Yang jelas
apabila kita ikut larut dalam memperbincangkan kejelekan orang maka kita telah
berbuat ghibah yang dalam Al-Qur’an dan hadits telah diterangkan perbuatan itu
adalah terlarang (haram). Maka bagaimana sebaiknya kita menyikapi kasus yang
demikian? Insya Allah berikut ini adalah poin-poin yang dapat menjauhkan kita
dari ghibah:
- Pertama merasakan apakah yang dibicarakan itu
termasuk ghibah atau bukan. Caranya mudah, yaitu bayangkan seandainya
orang yang kita bicarakan itu mendengar apa yang kita bicarakan, jika dia
merasa tidak senang maka itu adalah perbuatan ghibah.
- Setelah mengetahui haramnya ghibah maka berusaha
semaksimal mungkin untuk menjauhinya yaitu dengan menyeleksi apa yang akan
kita katakan. Apabila kita ketahui apa yang akan kita katakan itu
tergolong ghibah, maka harus ditahan untuk mengatakannya. Atau apabila
kita kemudian menyadari apa yang terlanjur kita katakan itu adalah ghibah
karena khilaf tidak sengaja, maka sesegera mungkin beristighfar dan
bertekad untuk lebih berhati-hati dalam berbicara.
- Menelaah, merenungkan, dan meyakinkan diri sendiri
bahwa dengan membicarakan kejelekan orang lain sebetulnya itu sama sekali
tidak akan menambah derajat kita. Justru orang yang sering berbuat ghibah
akan mudah untuk tidak dipercaya orang lain, dan hatinya pun tidak akan
tenteram.
- Menyadari bahwa seseorang yang kita bicarakan
kejelekannya itu sebenarnya adalah saudara kita sendiri, bukan musuh yang
harus dihujat atau pun dicela. Sekiranya seseorang tersebut melakukan
perbuatan tercela atau yang kurang berakhlak maka sesungguhnya dia belum
mengetahui tentang ilmu, maka kita seyogyanya ikut menunjukinya kepada
jalan yang lurus bukannya malah menggunjingnya.
- Jika kita diajak membicarakan kejelekan orang
lain oleh seseorang maka kita harus menyadari bahwa ada dua kemungkinan
tentang orang yang menggunjing, pertama, karena dia belum tahu haramnya
ghibah menurut Islam atau kemungkinan kedua, yaitu dia sedang khilaf tanpa
sengaja telah menggunjing. Maka berusahalah untuk menghentikannya secara
ma’ruf tanpa menyinggung perasaannya. Pertama ingatkanlah secara lisan bahwa
kita dilarang berbuat ghibah. Jika belum berhenti, maka kita bisa
menanggapi seperlunya kemudian berusaha mengalihkan kepada pembicaraan
yang lebih baik. Jika sekiranya kedua upaya itu belum menghentikannya
berbuat ghibah maka diam adalah lebih baik, kemudian berdoa supaya kita
dan orang tersebut sama-sama dijauhkan dari perbuatan ghibah.
Pelajaran yang dapat kita
petik pada kesempatan kali ini adalah :
1.
Kita seharusnya lebih berhati-hati dalam pergaulan yang
menjurus kepada ghibah
2.
Apabila kita terlanjur melakukannya, minta maaflah
kepada yang bersangkutan dan bertaubatlah kepada Allah SWT dengan
sungguh-sungguh
3.
Jangan sekali-kali memanggil saudara kita dengan
panggilan yang buruk.
Marilah
kita jauhi dan kita
tinggalkan ghibah, dan mengharap ridho Allah SWT, supaya kita
dijauhkan dari hal-hal yang merupakan larangan dari-Nya. Perbanyaklah dzikir,
sesungguhnya hal yang demikian itu lebih baik dan memperbanyak pahala. Semoga
Bermanfaat.
Teman-teman yang Dirahmati Allah
Itulah beberapa hal yang dapat saya sampaikan, bahwa sesungguhnya ghibah
itu dilarang dan merupakan salah satu penyakit hati yang harus bisa berusaha
untuk menyembuhkannya. Demikian ceramah singkat ini saya sampaikan kalau ada
kata-kata yang salah saya mohon ampun dan kepada Allah saya mohon ampun.
سُبحَان
رَبّكَ رَبّ العِزّةِ عَمّا يَصِفُوْنَ وَسَلاَمٌ على الْمُرْسَليْن والْحَمْدُ
لِلهِ رَبّ الْعَالَمِيْن
0 komentar:
Posting Komentar